SELAMAT DATANG DI BLOG LENTERA SENJA, Semoga Bermanfaat

Sabtu, 27 Januari 2018

Karl Marx


         Karl Marx, merupakan salah satu dari sekian banyak tokoh filosof terkemuka yang ada dimuka bumi. Jika kita Berbicara tentang sosok Karl Marx tentu pikiran kita tidak lepas dari pembahasan tentang pemikiran-pemikirannya mengenai berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Bukan hanya sekedar sebuah pemikiran, ternyata gagasan Karl Marx membawa pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Hal ini terbukti pada masa kejayaannya jumlah dari para pengikut Karl Marx mengungguli jumlah pengikut dari tokoh-tokoh filosof lainnya. Hasil pemikiran Karl Marx sendiri disebut dengan Marxisme, Marxisme diartikan sebagai suatu paham pemikiran yang sangat menekankan bahwa kesadaran manusia dibentuk oleh faktor sosial-budaya dan bukan sebaliknya. Kemudian Marxisme juga berpendapat bahwa ada hubungan antara “infrastruktur (cara dan alat-alat produksi) dan suprastruktur (sistem politik, kepercayaan, seni dan lain-lain), dimana infrastruktur menentukan suprastruktur.
Dari definisi di atas terlihat bahwa pemikiran Karl Marx berpangkal dari teori materialisme, yaitu aliran dalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan yang seyogyanya betul-betul nyata adalah materi sementara kesadaran hanyalah dampak atau derivasi dari proses-proses material. Perlu kita ketahui bahwasanya Marx beranggapan bahwa segala yang ada di alam ini terdiri dari dua kenyataan yaitu materi dan idea (kesadaran). Dari ke-duanya, materi dianggap sebagai faktor primer sedangkan idea atau kesadaran merupakan faktor sekunder.
Materi sendiri diartikan sebagai segala sesuatu berupa objek atau kegiatan rohaniah manusia yang meliputi pikiran, perasaan, kemauan, watak, sensasi, cita-cita dan sebagainya. Sedangkan ide atau kesadaran merupakan materi yang direfleksikan oleh pikiran manusia dan diterjemahkan dalam bentuk pemikiran-pemikiran. Dalam kenyataannya antara materi dan ide atau kesadaran memiliki hubungan, dimana kesadaran bukan saja ditentukan oleh materi, tetapi merupakan produk dari materi itu sendiri.
Berdasarkan pemikiran di atas,Karl Marx berkeyakinan bahwa tugas seorang Filosof tidak hanya berhenti dalam menafsir dunia, tetapi harus mampu mengubahnya. Artinya pemikiran dari Karl Marx tidak hanya sekedar pemaparan suatu ajaran filosofis mengajak manusia berpikir, tetapi juga merupakan acuan manusia bertindak guna mengubah dunia melalui revolusi proletariat menuju masyrakat sosialis. Hal inilah yang kemudian membedakan Karl Marx dari filosof lain, misalnya, Auguste Comte atau Martin Heidegger, bahkan David Hume yang hanya sanggup mengubah cara manusia berpikir. Terlepas dari imajinasinya tentang struktur masyarakat sosialis yang merupakan sintesis dari kapitalisme belum terwujud hingga saat ini, namun imajinasi sosialisme sebagai masyarakat tanpa kelas, tanpa penindasan dan tanpa aliansi masih menjadi esensi pimikiran Marx yang belum terhenti untuk diperdebatkan. Menurut Marx, sosialisme adalah produk materialisme dialekstis dan materialisme historis. Pemikiran ini masih sangat luas memberikan ruang pikir bagi filosof sesudah zamannya.


Biografi Karl Marx
            Karl Heinrick Marx dilahirkan pada tanggal 5 Mei tahun 1818 di kota Trier, distrik Moselle, Prussian Rhineland, Jerman. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga rabi yang kuat beragama, tetapi ayahnya mengajak seluruh keluarganya untuk memeluk agama protestan sebagai jalan keluar dari politik diskriminasi terhadap orang-orang Yahudi.[1] Perpindahan keyakinan keluarga dari Yahudi ke Protestan inilah yang menciptakan ruang pikir tersendiri dalam pemikiran Marx tentang relasi ekonomi dan agama. Lewat Pengalaman yang dilalui keluarganya Marx mengambil pelajaran bahwa agama dapat dijadikan alat untuk menindas kaum lainnya.  Dalam pandangan Marx, agama juga merupakan entitas yang berfungsi menegaskan status seseorang dan keluarganya, serta dengan gamblangnya Marx mengatakan bahwa agama adalah keluhan makhluk yang tertekan, perasaan dunia tanpa hati, sebagaimana ia adalah suatu roh zaman yang tanpa roh. Agama adalah candu rakyat, dalam  pandangannya agama adalah faktor sekunder sedangkan faktor primernya adalah ekonomi.[2]
            Pada tahun 1835. Marx melanjutkan sekolahnya ke pendidikan formal. Pada usia 17 tahun, Marx menyelesaikan studinya di sekolah menengah dan sempat menimba Ilmu Hukum di Universitas Bonn demi mengikuti kemauan orang tuanya, di perguruan tinggi ini Marx gagal menyelesaikan studinya. Hal ini dikarenakan Marx lebih tertarik mendalami filsafat, sehingga dia memutuskan untuk memilih belajar filsafat dan sejarah di universitas Berlin selama lima tahun. Keputusan Marx lebih memilih belajar filsafat merupakan pengaruh dari budaya keluarganya, mengingat kedua orang tua Marx merupakan keturunan dari para rabi yang hafal Voltaire dan Lessing dengan sangat mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Ayahnya adalah peminat bacaan John Locke dan filsafat telah menjadi perbincangan sehari-hari keluarganya.[3]
            Selama menempuh dunia perkuliahan di Berlin, Marx sangat tertarik dengan cara pikir dan cara pandang dialektika yang merupakan sumbangan besar seorang filosof bernama Hegel. Minat Marx yang besar untuk mengkaji pemikiran Hegel, mengantarnya untuk bergabung kedalam kelompok ”Club Young Hegelian” atau club Hegelian muda, yaitu sebuah kelompok diskusi yang mengkritisi ajaran Hegel. Saat itu ajaran Hegel menjadi sumber ideologi Jerman yang sangat dogmatis. Tokoh-tokoh utama kelompok diskusi ini adalah Karl Marx, Feurbach, Arnold Ruge serta Bruno Bauer, selain mengkritisi ajaran Hegel kelompok diskusi ini juga menentang ajaran agama Protestan sehingga dinamakan kelompok sayap kiri ajaran Hegel.[4]
Gelar Doktor dalam Ilmu Filsafat diraih Marx pada usia 23 tahun. Disertasinya yang berjudul The Difference between The Philosofis of Nature in Democritus and Eficurus, diajukan di Universitas Jena pada 15 April 1841. [5] Kertas kerja dan pengantar disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat Hegelian, dan antiagama. Hal terakhir ini juga yang membuat Marx dicap sesat, dan mulai dijauhi rekan-rekannya. Ide-ide Marx pada tahun 1840-an merupakan kritik terhadap dua revolusi yaitu revolusi Prancis dan revolusi Industri, menurutnya meskipun dua revolusi ini menandakan kemajuan yang luar biasa bagi perubahan hidup umat manusia, namun keduanya gagal melunasi janji perluasan kebebasan manusia. Karena seperti yang kita ketahui bersama, dampak dari revolusi Prancis dan revolusi industri memunculkan golongan kelas kapitalis atau kelompok pemilik modal, sedangkan Marx sangat menolak sistem kapitalisme, karena yang dihasilkan oleh kapitalisme adalah suatu pembagian masyarakat berdasarkan kekhususan yang jumlahnya lebih besar dari aparat penguasa. Alih-alih bebasnya manusia dari lembaga-lembaga administratif ekonomi kapitalis, yang muncul justru perbudakan manusia dalam masyarakat yang diorganisir secara ketat.
          Pada tahun 1842-1843, Marx berkeinginan untuk menjadi seorang dosen agar bisa menularkan pemikiran-pemikirannya yang radikal kepada orang lain, tapi karena tidak memiliki kesempatan untuk mewujudkan keinginannya Marx membatalkan niatnya dan berputar haluan terjun ke dunia jurnalistik, ia bekerja sebagai seorang wartawan, profesinya sebagai seorang wartawan memungkinkan ia untuk mengembangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan, selain itu Marx bertugas sebagai seorang kontributor utama untuk surat kabar Rheinissche Zitung yang terbit di Cologne (Kolon). Artikel-artikel yang diterbitkan oleh Karl Marx memperlihatkan sosoknya sebagai seorang pemikir liberal radikal. [6]
            Pada edisi pertamanya, Marx menulis sebuah artikel tentang kaum tani Jerman, dalam karyanya, Marx memilih untuk menuliskan realitas ketertindasan rakyat yang membumi daripada menuliskan tentang pertentangan agama yang kala itu sangat popular. Di perjalanan kariernya Marx bertemu dengan Moses Heles salah satu editornya yang berhaluan komunis dan memberikan pengalaman kepada Marx untuk lebih memperhatikan nasib kaum buruh Eropa sebagai bahan bahasan. Kemudian Marx menulis secara radikal artikel tentang buruh pabrik anggur yang cukup mengejutkan pihak kerajaan dan badan sensor kerajaan menekan pemilik terbitan untuk memecat Marx. Belum genap satu tahun terbit, akhirnya penerbit tempat Marx bekerja dibredel karena terlalu keras mengkritik pemerintah.
Pada tahun 1843, Marx menikahi seorang perempuan bernama Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan yang sangat setia kepada Karl Marx. Untuk sebagian besar hidupnya. Marx memang lebih lama hidup dalam pembuangan, pandangan-pandangannya yang radikal menyebabkan Marx tidak diiiznkan tinggal di Jerman sehingga ia terpaksa hidup di luar negeri, mulanya mereka  pindah ke Paris (Prancis).[7] Disinilah Karl Marx kerap kali dikucilkan, diusir dan dipenjarakan, hal ini membawa Marx lebih berantusias belajar tentang sosialisme serta semangat revolusioner dan pemikiran komunis ditengarai juga dimulai oleh Karl Marx pada fase ini. Sebagai seorang komunis dalam artikelnya yang berjudul Critique of Hegels, Philosphy of Right: Introduction, dengan jelas terpampang keyakinannya bahwa kaum proletariat harus membebaskan diri mereka sendiri dan juga masyarakat keseluruhan. Disana, ia juga menulis panjang tentang kapitalisme.
Pada tahun 1844, Marx berkenalan dengan aktvis gerakan sosialis yang berasal dari London, Frederich Engels, yang akan menjadi teman akrab dan “penerjemah” teori-teorinya. Engels adalah seorang putra pengusaha Jerman, sekalipun Marx dan Engels memiliki latar belakang keluarga yang berbeda tetapi mereka mampu menjalin persamaan seumur hidup karena dipertemukan oleh kesamaan jiwa revolusioner dan kegelisahan mereka melihat penderitaan dan ketidakadilan.
Ditengah pergulatannya membangun perspektif filosopisnya dan mengembangkan pemikiran-pemirannya, Marx menderita penyakit tak berkesudahan dan meninggal dunia pada tanggal 14 Maret 1833.  Meskipun telah tutup usia, namun ide dan pemikirannya tetaplah hidup, selama hidupnya banyak pemikir-pemikir yang menentang ide dan pemikiran filsafatnya, namun demikian Engel dalam sebuah pidato mengatakan bahwa sekalipun Marx memiliki banyak penentang namun dia tidak memiliki musuh. Di dalam merumuskan pemikirannya dikenal dua penahapan yaitu periode awal (1841-1846) yang lazim disebut sebagai Marx muda yakni pencerminan diri Marx sebagai seorang Filosof yang lebih sebagai pemikir liberal dalam merumuskan konsepsi tentang manusia, humanism dan alienasi. Period ke-dua dikenal sebagai periode Marx tua, yakni ketika Marx dikenal sebagai kritikus masyarakat karena idenya lebih kepada memaparkan konsepsi perjuangan kelas, revolusi dan politik ekonomi.  

Pemikiran Karl Marx
Ada satu unsur yang khas bagi pemikiran Karl Marx, yaitu pemikirannya tidak tinggal dalam wilayah teori, melainkan hidup sebagai ideologi Marxisme dan komunisme yang menjadi sebuah kekuatan sosial dan bahkan kekuatan politik, maksudnya Marx berhasil mengembangkan sebuah pemikiran yang pada dasarnya merupakan teori filsafat namun kemudian menjadi teori dan ideology perjuangan sekian banyak generasi berbagai gerakan pembebasan. Hal inilah yang membedakan filsafat pemikiran Karl Marx dengan tokoh filsafat lainnya.
            Marx sendiri memang tidak pernah menginginkan pemikirannya sebagai usaha teoristis-intelektual semata-mata, melainkan sebagai usaha nyata dan praktis untuk menciptakan kondisi-kondisi kehidupan yang lebih baik. Marx selalu menuntut agar filsafat menjadi pendorong perubahan sosial. Hal ini sesuai dengan perkataanya yang menyatakan bahwa “Para filosof hanya memberikan interpretasi yang berbeda terhadap dunia, yang perlu ialah mengubahnya!”,  karena inilah pemikiran Marx tetap merupakan tantangan bagi filsfat yang perlu dikaji secara kritis[8].
            Hal ini tergambar jelas dari sejarah hidupnya yang memberikan inspirasi untuk berupaya berjuang melawan kekuatan kapitalisme yang dkritiknya dengan menuliskan artikel-artikel menentang borjuis serta bergerak dalam gerakan buruh sebagai kekuatan yang dibelanya. Marx membangun filsafat praktis dengan harapan menghasilkan suatu kesadaran untuk mengubah realitas masyarakat kapitalis yang bercirikan pengisapan dan eksploitasi. Menurut Marx sistem ekonomi kapitalis, kelas pemilik modal berjuang mati-matian untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin . Jalan cepat untuk memungkinkan hal tersebut adalah dengan pengisapan dan mengekesploitasi tenaga kerja kelas buruh. Untuk itulah, muara dari pemikiran Marx adalah bagaiman supaya buruh yang teralienasi dapat terbebas dari belenggu kesadaran palsu dan akan bergerak melawan sistem kapitalis melalui revolusi proletariat. Dengan demikian, Filsafat Marx dapat dikatakan sebagai filsafat jalan keluar bagi masyarakat yang teralienasi dengan mengembangkan sistem baru yang tidak mungkin didapatkan secara cuma-cuma tetapi harus diperjuangkan melalui dialektika perjuangan kelas.

[1]Ambo Upe, TradisiAliran Dalam Sosiologi Dari Filsafat Positivistik ke Post
  Positivistik,(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010),hlm.128.
[2] Adrian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu Perspektif Barat Dan Islam ( Jakarta, Gema Insani,
  2013), hlm.9.
[3] Ken Buddha Kusumandaru, Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme (Resist Book, 2004),
  hlm.7
[4] Bagong Suyanto, et.al, Filsafat Sosial. ( Yogyakarta, Aditya Media Publishing, 2013),
  hlm. 179.
[5] M. Solihin, Pemikiran Filsafat Klasik Hingga Modern, (Bandung, Pustaka Setia,
  2007),hlm.231 
[6] Ibid,. hlm.233
[7] Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat,(Bandung, Penerbit
  Mizan,1999),hlm.193
[8] Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
  Revisionisme,(Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama,1999),hlm.4.




Tidak ada komentar: