SELAMAT DATANG DI BLOG LENTERA SENJA, Semoga Bermanfaat

Sabtu, 27 Januari 2018

PERISTIWA-PERISTIWA PENTING MENJELANG PROKLAMASI

Tanggal 17 Agustus merupakan tanggal yang sangat sakral bagi bangsa Indonesia, iya memang pada tanggal tersebut bangsa Indonesia mengumumkan kepada dunia bahwa Indonesia telah menjadi negara merdeka terlepas dari segala bentuk penjajahan bangsa asing, kemerdekaan ini ditandai dengan dibacakannya teks Proklamasi oleh ir. Sukarno di Jln. Pegangsaan Timur, no. 56 Jakarta, tepatnya pada jam 10.00 kurang 5 menit, perlu diingat bahwa kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan melalui pembacaan teks Proklamasi tersebut tidak serta merta muncul begitu saja, ataupun merupakan hasil rekayasa dari magic melainkan diawali dengan berbagai macam tahapan, proses, maupun peristiwa yang nantinya mengarahkan kita ke hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, secara garis besar peristiwa penting tersebut dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya:
  • Pembentukan BPUPKI
  • Pembentukan PPKI
  • Peristiwa Renggas Denglok
  • Perumusan Teks Proklamasi 
  • Detik-detik menjelang Proklamsi   

Diatas telah dibagi beberapa peristiwa penting, kesemuanya terangkai dalam satu kesatuan yang nantinya berujung dengan pembacaan teks Proklamasi, untuk lebih jelasnya dibawah akan dipaparkan penjelasan satu persatu dari tahapan peristiwa diatas.


1. BPUPKI

BPUPKI merupakan singkatan dari Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, selain itu BPUPKI memiliki nama tersendiri dalam bahasa Jepang yaitu Dokuritsu Jumbi Cosakai, nama dalam bahasa Jepang tersebut memang tidak terlepas dari sejarah pendirian BPUPKI itu sendiri, tokoh penggagas berdirinya BPUPKI adalah seorang yang berkebangsaan Jepang Letnan Jendral Kumaichi Harada, pada tanggal 1 Maret 1945. Meskipun, dibentuk pada tanggal 1 Maret namun peresmiannya baru dilakukan pada tanggal 28 Mei 1945 bertepat di gedung Cao Sang In (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri), adapun ketua dari BPUPKI dipimpin oleh Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat dan beranggotakan 62 Orang.

Adapun tugas dari BPUPKI ini sendiri adalah untuk menyelidiki dan mempelajari berbagai hal penting untuk menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka, guna tugas yang diberikan bisa terwujud maka BPUPKI melakukan beberapa kali pertemuan yang kita sebut dengan sidang, sidang yang pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei 1945 -1 Juni 1945, Sidang ke-dua tanggal 10 Juli 1945 - 16 Juli 1945. berikut adalah penjelasan dari masing-masing sidang.


A. Sidang pertama (29 Mei - 1 Juni 1945)

Sidang perdana BPUPKI diagendakan untuk membahas rumusan dasar negara Indonesia merdeka, dalam hal ini muncul 3 tokoh anggota BPUPKI yang menyampaikan gagasan serta ide-idenya tentang rumusan dasar Indonesia merdeka menurut versi masing-masing, adapun ke-3 tokoh tersebut diantaranya Mr.Moh. Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo dan Ir. Sukarno. pada kesempatan pertama, Mr. Moh. Yamin mendapatkan kesempatan untuk memaparkan idenya mengenai dasar negara yang dibaginya kedalam lima point penting

  • Peri Kebangsaan
  • Peri Kemanusiaan
  • Peri Ketuhanan
  • Peri Kerakyatan
  • Peri Kesejahteraan

Menurut Mr. Moh. Yamin ada tiga usaha yang harus dilakukan oleh BPUPKI untuk mencapai semboyan "Indonesia merdeka". Pertama, mengumpulkan segala bahan untuk pembentukan negara, kedua, adanya pengurus UUD negara yang menyusun bahan, ketiga, menjalankan isi hukum dasar negara.
Dua hari kemudian, tepatnya pada tanggal 29 Mei 1945 giliran mendengarkan pemaparan dari Prof. Dr. Mr. Supomo, menurutnya dasar negara Indonesia merdeka adalah:
  • Persatuan
  • Kekeluargaan
  • Keseimbangan lahir dan batin
  • Musyawarah
  • Keadilan rakyat

Menurut Prof. Dr. Mr. Supomo, corak dan bentuk dasar negara harus disesuaikan dengan keadaan umum dan mempunyai keistimewaan. Dasar persatuan dan kekeluargaan sangat sesuai dengan corak masyarakat Indonesia. Dalam keseimbangan lahir dan batin dan suasana persatuan antara rakyat dan pemimpinnya yang diliputi oleh semangat gotong royong.

Pada kesempatan yang ke-tiga tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, tibalah giliran dari Ir. Sukarno untuk menyampaikan gagasannya. Berbeda dengan kedua gagasan sebelumnya, Ir. Sukarno memberikan nama gagasannya dengan sebutan PANCASILA, Panca berarti Lima dan Sila berarti asas atau dasar, sehingga diatas 5 dasar inilah akan didirikan Indonesia sebagai negara yang merdeka. karena hal inilah, maka setiap tanggal 1 Juni diperongati sebagai Hari Lahirnya Pancasila, adapun dasar negara versi Sukarno itu sendiri adalah:

  • Kebangsaan Indonesia
  • Internasionalisme/Peri Kemanusiaan
  • Mufakat/ Demokrasi
  • Kesejahteraan Sosial
  • Ketuhanan Yang Maha Esa

Setelah persidangan Pertama ini selesai, maka diadakanlah "reses", reses sendiri menurut KBBI berarti perhentian sidang, masa istirahat dari kegiatan persidangan. atau bisa kita simpulkan menjadi masa rehat, pada masa rehat ini, kegiatan BPUPKI tidak sepenuhnya berhenti, BPUPKI membentuk tim kecil dibawah pimpinan Ir. Sukarno dengan anggotanya Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, Kartohadikusumo, Wachid Hasjim, Ki Hadi Kusumo, Otto Iskandardinata, Mr.Moh Yamin dan Mr. A.A. Maramis (A.A singkatan dari Alexander Andries). Panitia inilah yang nantinya akan membentuk panitia sembilan.

Panitia sembilan ini bertugas untuk merumuskan dasar negara Indonesia merdeka berdasarkan pandangan dari anggota sembilan, adapun anggotanya terdiri dari:
  • Ir. Sukarno
  • Drs. Moh. Hatta
  • Mr.Moh. Yamin
  • Mr. Ahmad Subarjo
  • Mr. A.A. Maramis
  • Abdul Kadir Mudzakir
  • Wahid Hasjim
  • H. Agus Salim
  • Abikusni Tjokrosujono

Panitia sembilan ini menghasilkan rumusan dasar negara Indonesia merdeka pada tanggal 22 Juni 1945 yang dinamakan Jakarta Center atau Piagam Jakarta , pemberian nama ini sendiri diberikan oleh Mr. Moh. Yamin, adapun isi dari piagam Jakarta sama persisi dengan isi Pancasila yang kita kenal sekarang ini, namun terdapat perbedaan pada point yang pertama, dalam Piagam Jakarta pada point yang pertama dikatakan bahwa, Ketuhanan, dengan menjalankan Syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. sedangkan untuk pancasila yang kita kenal sekarang ini point yang pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Meskipun sama-sama mencantumkan tentang Ketuhanan namun dari keduanya memiliki makna yang sangat berbeda. lalu timbul pertanyaan apa yang menyebabkan perubahan tersebut padahal semua isi dari Piagam Jakarta sama persis dengan isi Pancasila kita saat ini kecuali point yang pertama? kalau kita perhatikan meskipun sama-sama tentang konsep Ketuhanan, namun point pertama versi Piagam Jakarta lebih menitikbertakan kepada penegakan Syari'at Islam, tidak ada yang salah memang. namun hal ini memicu kritikan dan protes dari pihak tokoh Kristen Timur Indonesia, mereka keberatan atas isi dari Piagam Jakarta tersebut, karena hanya meliputi umat Islam Indonesia saja, sedangkan mereka merasa tidak termasuk didalamnya, atas prakarsa Drs. Moh. Hatta setelah menerima pesan dari tokoh Kristen tersebut, maka isi dari piagam Jakarta diganti dan diubah dari Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu tokoh Islam pertama yang bersedia menghapus tujuh kata diatas adalah Kasman Singodimejo. Dengan demikian rumusan dasar negara yang otentik bukanlah rumusan-rumusan individual yang dikemukakan oleh Mr.Moh. Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, ataupun Ir.Sukarno, dan bukan pula rumusan kolektif dari piagam Jakarta. Adapun rumusan-rumusan tersebut hanyalah konsep, yang didalamnya mengandung nama Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara dengan rumusan yang otentik dan kosepnya yang digunakan hingga saat ini berdasarkan rumusan PPPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.

Setelah selesai dari masa rehat, maka pada tanggal 10 Juli 1945 kembali diadakan sidang BPUPKI yang kedua, dengan agenda membahas rencana undang-undang dasar, termasuk soal pembukaan atau preambulenya oleh sebuah panitia perancang UUD yang doketuai oleh Ir. Sukarno. Pada 11 Juli 1945, panitia tersebut menyetujui isi preambulenya diambil dari Piagam Jakarta. Persidangan kedua ini kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Juli 1945, saat itu Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja panitia perancang Undang-undang, yakni:
  • Pernyataan Indonesia Merdeka
  • Pembukaan UUD 
  • Batang tubuh UUD


2.PPKI

Setelah BPUPKI selesai menjankan sidangnya yang terakhir maka BPUPKI dianggap telah menjalankan tugasnya dengan baik, maka pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya maka didirikan suatu badan yang bernama PPKI, yang merupakan singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Perlu diketahui, pendirian PPKI ini tak lepas dari peristiwa pemanggilan ketiga tokoh Indonesia ke Dalath (Vietnam) Oleh Jenderal Besar Terauchi (Panglima Tentara Umum Selatan yang membawahi semua tentara Jepang di Asia Tenggara). Berdasarkan panggilan tersebut, maka pada tanggal 9 Agustus 1945, Indonesia yang diwakili oleh Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat bertolak ke Dalath untuk menemui Jenderal Terauchi, pertemuan ke-empat tokoh tersebut menghasilkan beberapa point penting, diantaranya:

  • Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia
  • Pembentukan PPKI ( Doratsu Jimbu Inkai)
  • Penentuan wilayah Indonesia meliputi bekas wilayah jajahan Hindia Belanda di Indonesia

Pada point pertama dijelaskan bahwa Jepang menjajikan kemerdekaan untuk Indonesia, hal ini tidak terlepas dari peristiwa kekalahan Jepang atas sekutu, dimana pada tanggal 8 Agustus 1945 kota Hiroshima dibumihanguskan oleh tentara sekutu dengan menjatuhkan bom Atom menyusul Kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Peristiwa ini ternyata memiliki dampak yang sangat hebat terhadap berbagai aspek negara Jepang itu sendiri, termasuk dalam bidang militer. Jenderal Terauchi merasa kekalahan Jepang tidak akan terelakkan, sehingga dia memanggil tokoh Indonesia ke Dalath dan kemudian menjanjikan kemerdekaan bagi  bangsa Indonesia.

Setelah pertemuan tersebut dirasa sudah cukup dan mencapai kesepakatan seperti diatas, maka pada tanggal 14 Agustus 1945 ketiga tokoh Indonesia tersebut kembali ke Indonesia, sesuai dengan hasil pertemuan dengan Jendral Terauchi maka dibentuklah PPKI, Ir. Sukarno ditunjuk sebagai Ketua, Drs.Moh Hatta sebagai Wakil dan Mr. Ahmad Subardjo sebagai Penasehat dengan anggota 21 orang dan tanpa sepengetahuan Jepang ditambah lagi 6 orang. Adapun tugas dari PPKI sendiri adalah menyusun rencana kemerdekaan Indonesia, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Jepang.

Berita kekalahan Jepang atas sekutu pada tanggal 14 Agustus ternyata cepat menyebar di kalangan masyarakat Indonesia termasuk golongan muda, meskipun ditutuo-tutupi oleh pihak militer Jepang. Para pemuda bertekad untuk memproklamirkan kemerdekaan secepatnya tanpa ada pengaruh dan unsur dari pihak Jepang. Maka pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda melakuka rapat di ruang Mikrobiologi, Jalan Pegangsaan Timur (Sekarang FKM, UI), membahas tentang tuntutan-tuntutan yang radikal, agar segala hubungan dan janji kemerdekaan dari Jepang harus dihapuskan, rapat tersebut dipimpin oleh Cahirul Saleh.
Hasil dari rapat kemudian disampaikan kepada Ir. Sukarno dan Drs. MoH. Hatta melalui Wikana dan Darwis (golongan muda), mereka mengatakan jika Proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945 maka akan terjadi pertumpahan darah. Tentu saja, usulan golongan muda ini ditolak oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, dengan berbagai pertimbangan diantaranya:

  • Tentara Jepang di Indonesia masih memiliki senjata
  • Jepang masih memiliki tugas memelihara agar tidak terjadi perubahan status quo samapi sekutu tiba di Indonesia. status quo sendiri adalah keadaan tetap seperti keadaan sekarang atau keadaan sebelumnya.
  • Proklmasi kemerdekaan Indonesia harus dibacakan terlebih dahulu dengan anggota PPKI yang lainnya.

Penolakan yang diterima oleh para pemuda ini tentu saja menyisakan kekecewaan yang mendalam, sehingga mereka nekad untuk melakukan tindakan yang radikal, namun harus diakui tindakan ini juga yang mempercepat proses pembacaan teks Proklamasi, tindakan inilah yang kita kenal dengan peristiwa Renggas Dengklok.


3.Peristiwa Renggas Dengklok

Pada penjelasan diatas telah diketahui terdapat perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan muda mengenai pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Golongan tua diwakili oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, sedangkan golongan Muda terdiri dari:
  • Kelompok Sukarni, terdiri dari Sukarni, Adam Malik, Armoenanto, Pandoe Kertawigoena, dan Maroenta  Nitimihardjo
  • Kelompok Syahrir, tokoh utamanya Syahrir
  • Kelompok Pelajar, Cahaerul Saleh, Johan Noer, Sayoko, Syarif Tahyeb, Darwis dan Eri Soedewo
  • Kelompok Kaigun, Mr. Ahmad Subardjo, Soedirjo, Wikana dan E. Khairoedin

Peristiwa Renggas Dengklok ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, dimana para pemuda membawa Ir. Sukarno, beserta Keluarga (Ibu Fatmawati dan Guntur) dan Drs. Moh. Hatta ke tempat pengasingan disuatu daerah yang bernama Renggas Dengklok. pada saat itu para pemuda yang bertugas untuk menjemput Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta adalah Sinngih, Soetrisno, Sampoen, dan Soerachmat. Pengasingan ini dimaksudkan agar Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta terlepas dari pengaruh Jepang. Golongan muda tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia dicap sebagai hadiah dari Jepang, dengan cara tersebut para pemuda berharap kedua tokoh tersebut bersedia untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. adapun alasan mengapa tempat yang dipilih adalah Renggas Dengklok karena berbagai pertimbangan sesuai dengan pendapat dari Singgih diantaranya: 

  • Daerah ini dilatarbelakangi Laut Jawa. Dengan demikian, jika ada serangan dapat segera pergi melalui laut
  • Sebelah Timur dibentengi oleh daerah Purwakarta dengan yang dijaga oleh Daidan Peta.
  • Sebelah Selatan ada pasukan Peta Cedung Gedeh
  • Sebelah Barat ada pasukan Peta di Bekasi

Sesampainya di Renggas Dengklok, tepatnya di Desa Tugu Dua, dirumah seorang warga keturunan bernama Djiwa Gie Siong, disni Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta disambut baik oleh pimpina Peta, Syudanco Subeno. Niat para pemuda untuk menekan Soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan tidak berjalan dengan baik, dalam kebuntuan situasi ini maka muncullah Singgih yang menjelaskan kepada Ir. Sukarno bahwa Jepang telah mengaku kalah dengan tentara sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, sehingga janji untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia tidak akan mungkin bisa terealisasi. Mendengar penjelasan tersebut, maka Ir. Sukarno bersedia menyetujui kehendak dari golongan muda. Maka pada pukul 20.00 WIB, Soekarno-Hatta beserta rombongan kembali ke Jakarta dan tiba disana pada pukul 23.00. Sesampainya di Jakrta, mereka langsung merencanakan untuk mereumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


4. Perumusan Teks Proklamasi kemerdekaan 

Naskah Teks Proklamasi yang otentik
Sesampainya di Jakarta pada pukul 23.00 WIB, Soekrano-Hatta langsung mengundang seluruh anggota PPKI untuk rapat di Hotel Des Indes. Namun ditolak karena pihak hotel mempunyai peraturan tidak melakukan kegiatan apapun setelah pukul 21.00 WIB. Sesuai usulan Ahmad Subardjo, maka tempat yang disetujui adalah rumaha Laksaman Tadashi Maeda (Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Darat di Jalan Imam Bonjol No. 1 Menteng, Jakarta Pusat) seorang Jepang yang peduli akan kemerdekaan Indonesia. Dirumah Laksamana Maeda ini telah berkumpul para pemuda dan beberapa tokoh PPKI. Mereka kemudian merumuskan teks proklamasi, perumusan teks proklamasi didikte oleh Drs. Moh. Hatta, dan ditulis oleh Ir. Sukarno, hasil tulisan Ir. Sukarno diserahkan kepada Sayuti Malik agar diketik ulang. Terdapat beberapa perbedaan penulisan kata antara naskah sebelum diketik dan sesudah diketik diantaranya:

  • Penulisan kata Proklmasi berubah menjadi PROKLAMASI
  • Penulisan kata hal2 berubah menjadi hal-hal
  • Penulisan kata Tempoh berubah menjadi Tempo
  • Penulisan kata 17-8-05 berubah menjadi hari 17 boelan 8 tahoen 05
  • Wakil2 bangsa Indonesia berubah menjadi Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta.

Setelah selesai, maka keesokan harinya disepakati untuk pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Sukarno.


5.Detik-detik Proklamasi

Pembacaan Teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia, dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 di Jl, Pegangsaan Timur, No. 56 Jakarta, pada jam 10.00 WIB kurang lima menit bertepatan dengan bulan Ramadhan. Adapun pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno dan didampingi Drs. Moh. Hatta dilakukan dengan upacara sederhana, denga tiga kegiatan inti yaitu :

  • Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno
  • Pengibaran Bendera Merah Putih yang dilakukan oleh 3 orang dari golongan muda yaitu: Latief Hendradiningrat, S.Suhud dan Tri Murti dan serentak rakyat menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman.
  • Sambutan dari Walikota saat itu, Suwiryo.

Ada beberapa versi mengenai asal-usul bendera Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati yang dikibarkan saat proklamasi, diantaranya:
  • Berdasarkan informasi dari Roeslam Adul Gani, hari Jum'at pagi Fatmawati telah menjahit Bendera Merah Putih yang bahannya diambil dari beberapa potong pakaian lama.
  • Menurut Megawati, ia mendengar dari iibunya bahwa Fatmawati mejahit bendera itu ketika ia sedang ahmil tua Guntur, jadi sudah selesai pada tanggal 3 Oktober 1944 (hari kelahitan Guntur), Soekrano berhasil memperoleh jatah kain ekstra dari tentara Jepang.
  • Menurut Tiwu, pembantu Sukarno, Ibu Fatmawati menjahit bendera itu pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, hal ini berdasarkan foto Fatmawati yang duduk dibelakang mesin jahit Singer, dan saat itu tidak dalam keadaan hamil tua.

Adapun tokoh-tokoh yang hadir dalam pembacaan teks proklamasi tersebut diantaranya Buntaran Martoatmodjo, Mr.A.A. Maramis, Mr. Latuhahary, Abikuso, Tjokrosujono, Anwar Tjokroaminoto, Harsono Tjokroaminoto,Mas Mansur, Mr. Sartono, Sayuti Malik, Pandu Kartawiguna, M. Tabrani, Dr. Muwardi, A.G Pringgodidgo dll.

Dengan berakhirnya upacara pembacaan teks Proklamasi ini bangsa Indonesia menyatakan kepada dunia bahwa sekarang Indonesia telah menjadi negara merdeka lepas dari segala bentuk penjajahan, kemerdekaan ini disammbut rakyat dengan suka cita. Tantangan untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara merdeka telah berhasil dijawab, dan kedepannya muncul tantangan baru untuk menjaga kedaulatan negara Indonesia yang telah merdeka.


DAMPAK PELAKSANAAN TRAKTAT LONDON 1824 TERHADAP SISTEM BIROKRASI DI BENGKULU

           Jatuhnya Negara Belanda ke dalam kekuasaan Perancis tahun 1804 menyebabkan Belanda berada di bawah pengaruh pemerintah Perancis dengan status sebagai negara vassal. Negara vassal merupakan negara taklukan yang sepenuhnya berada di bawah penguasaan negara lain sehingga urusan pemerintahan Belanda sendiri tidak lepas dari campur tangan Perancis, untuk mengurusi segala urusan pemerintahan di Belanda, maka kaisar Perancis Napoleon Bonaparte mengangkat saudaranya Louis (Lodewijk) Napoleon menjadi Raja Belanda pada tahun 1806 (Simbolon, 2006:89). Sebelum mendapatkan pengaruh dari Perancis, Negara Belanda sebenarnya merupakan negara yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas di Nusantara, tetapi dengan status sebagai Negara vassal, Belanda khawatir tidak bisa mempertahankan wilayah kekuasaanya di Nusantara yang terancam direbut oleh Inggris yang memang telah menjadi pesaing utamanya di dalam usaha memperluas wilayah jajahan di Nusantara.

          Untuk mengantisipasi ancaman dari Inggris, maka Pemerintah Belanda menugaskan Herman William Daendels untuk melaksanakan tugas yang sulit tersebut. Tetapi pada masa pengabdiannya timbul isu bahwa Daendels hendak membangun kerajaan sendiri di Nusantara, hal ini menyebabkan Louis Napoleon (Raja Belanda) memanggil pulang Herman Williams Daendels dan posisinya digantikan oleh Jan Willem Janssens. Tetapi masa pemerintahan Jan Willem Jansens sendiri tidak berlangsung lama, dengan persiapan yang singkat pasukan Janssens tak mampu menangkis serangan dari pasukan Inggris. Setelah kalah bertempur di Meester Cornelis (Jatinegara Sekarang), Pasukan Janssens lari ke Semarang dan menyerah di daerah Tuntang  pada tanggal 18 September 1811. Dengan kekalahan ini, semua daerah kekuasaan Belanda di Nusantara diambil alih oleh pemerintah Inggris (1811-1816), kekuasaan tersebut mencakup Jawa, Palembang, Banjarmasin, Makassar, Madura, dan Sunda Kecil, pusat pemerintahan berkedudukan di Madras, India, dengan Lord Minto sebagai Gubernur Jenderal (Simbolon, 2006:97).
         Untuk mengurus masalah pemerintahan daerah rampasan dari Belanda ini, maka pemerintah Inggris menunjuk seorang Letnan Gubernur yang bernama Thomas Stamford Raffles. Pada masa kepemimpinannya terutama di daerah Jawa, Raffles mengubah sistem tanam paksa dengan kebijakan landrente atau pajak bumi yang dilaksanakan berdasarkan hukum adat Jawa, Raffles menetapkan bahwa semua tanah adalah milik negara, dan rakyat sebagai pemakai (penggarap) tanah wajib membayar sewa kepada pemerintah. Selain itu Raffles juga membagi tanah jawa ke dalam 16 keresidenan, serta mengurangi jabatan bupati yang berkuasa (Raffles, 2008:vi).
           Meskipun berhasil mengalahkan Belanda, masa pemerintahan Inggris di Nusantara tidak berlangsung lama, karena semua wilayah yang pernah dikuasai Belanda harus dikembalikan oleh pihak Inggris. Hal ini merupakan konsekuensi dari Convention of  London atau Konvensi London yang ditandatangani pada tanggal 13 Agustus 1814 menyatakan bahwa Inggris harus mengembalikan sebagian dari wilayah Indonesia kepada Belanda, sedangkan daerah Afrika Selatan, Ceylon, dan beberapa tempat di India tetap dikuasai oleh Inggris. Tetapi konvensi tersebut tidak berlaku atas Bangka, Belitung dan Bengkulu, yang diterima Inggris dari Sultan Najamuddin (Palembang) (Raffles, 2008:vi).
           Setelah selesai menjalankan tugasnya di Jawa, pada tahun 1818 Raffles kemudian diangkat menjadi Gubernur di daerah Bengkulu. Sama halnya dengan di pulau Jawa, pada awal pemerintahannya di Bengkulu, Raffles mulai menata kehidupan masyarakat melalui reformasi di segala bidang, baik dibidang ekonomi, sosial dan politik. Di bidang politik Raffles menerapkan sistem pemerintahan indirect rule (pemerintahan tidak langsung), agar sistem ini berjalan dengan baik, maka peran dari kelompok elite sangat dibutuhkan sebagai perantara pemerintah Inggris dengan rakyat Bengkulu, hal ini  berdampak terhadap terbentuknya golongan elite birokrasi, yang dimaksud kelompok elite birokrasi adalah para pangeran yang diberi jabatan penting oleh Raffles sebagai regent (bupati). Regent bertugas untuk memimpin Kabupaten yang telah dibentuk oleh Raffles. Pada saat itu Bengkulu terbagi menjadi 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Sungai lemau, Kabupaten Sungai Itam, dan Kabupaten Selebar (Siddik, 1996:94). Di bidang ekonomi Raffles menghapuskan sistem tanam paksa dan menggantikannya dengan sistem sumbangan wajib. Untuk menangani masalah sumbangan wajib ini diserahkan kepada para regent, mereka menerima perintah langsung dari Letnan Gubernur Raffles dan bertanggungjawab penuh atas wilayah dan penduduknya dalam menjaga ketertiban dan kemananan, disamping itu juga mempunyai tugas khusus dalam pengawasan dan pengelolaan pasar, bertanggung jawab atas kelancaran jalan, jembatan dan arus komunikasi. (Setiyanto, 2006:143)
            Dari daerah Bengkulu Raffles mulai menjelajah pesisir pantai Sumatra untuk mencari wilayah baru yang akan dijadikan pelabuhan yang lebih menguntungkan dari pada wilayah Bengkulu. Pada tanggal 29 Januari tahun 1819 Inggris berhasil mendirikan pelabuhan Singapura yang berada di bawah Kerajaan Johor, sedangkan kerajaan itu tunduk kepada Belanda. Peristiwa Singapura ini kembali menimbulkan perselisihan antara Inggris dan Belanda, sehingga pada tanggal 17 Maret 1824 kembali diadakan perjanjian antara Inggris dan Belanda yang disebut dengan Treaty of London atau Traktat London (Anshoriy, 2008:82). Salah satu isi penting dari traktat ini adalah mengatur penyerahan semua pemukiman Inggris di Sumatra (Bengkulu) kepada Belanda dan penyerahan semua wilayah milik Belanda di India serta semenanjung Malaya (Malaka) kepada Inggris. lebih lanjut perjanjian tentang penyerahan Bengkulu kepada Belanda tercatat di dalam Traktat London, pada pasal IX yang menyatakan bahwa “ Fort Marlborough dan semua milik Inggris di Pulau Sumatra dengan ini diserahkan pada Kerajaan Belanda dan Kerajaan Inggris seterusnya berjanji tidak akan mendirikan perkampungan di pulau itu maupun mengadakan perjanjian dengan pangeran, kepala, atau negara di Pulau Sumatra” (Reid, 2005:12).
          Dengan disepakatinya perjanjian Traktat London antara Inggris dan Belanda, permasalahan justru timbul di wilayah yang akan mengalami pertukaran kekuasaan. Di daerah Bengkulu sendiri, para regent yang mendapatkan jabatan penting pada masa pemerintahan Raffles melalui sistem pemerintahan indirect rulen-nya, menolak kebijakan Inggris yang akan menyerahkan Bengkulu kepada Belanda dengan dasar bahwa Inggris tidak mempunyai hak untuk melimpahkan kekuasaannya. Memang mereka telah mengakui kekuasaan Inggris atas wilayah Bengkulu, tetapi bagi mereka tidaklah berarti menjadi wilayah taklukannya (Setiyanto, 2006:149). Meskipun telah melakukan protes kepada pemerintah Inggris tetap saja protes tersebut tidak dihiraukan. Protes dari kalangan regent ini bukan tanpa alasan, mereka khawatir kalau terjadi pertukaran kekuasaan dari Inggris ke Belanda, posisi dan jabatan penting serta hak-hak istimewa sebagai elite birokrasi yang mereka dapatkan dari kolonial Inggris akan dihapus oleh Belanda.
           Wilayah Bengkulu sendiri secara resmi diserahkan kepada Belanda pada tanggal 6 April 1825, di bidang politik dan pemerintahan langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah membagikan wilayah administrasi kepada asisiten residen Bengkulu dalam 9 Kabupaten. Kemudian menerapkan sistem birokrasi kolonial, tentu saja tujuan dari birokrasi kolonial ini adalah untuk mempertahankan kekuasaan dan mencegah munculnya kekuatan-kekuatan yang dapat membahayakan kelangsungan kekuasaannya. Untuk menjalankan misi ini dengan baik, fungsi utama dari birokrasi adalah menjalankan peran kontrol terhadap kehidupan masyarakat. Karena itu prosedur menjadi instrument utama bagi birokrasi yang misi dan fungsinya adalah menjaga kelangsungan kekuasaan dan kontrol (Dwiyanto, 2011:86).
           Untuk mempermudah pengawasan dan kontrol atas wilayah Bengkulu, maka Belanda membentuk struktur birokrasi pemerintahan. Di dalam struktur birokrasi kolonial Belanda, jajaran tertinggi dipegang oleh Gubernur Jendral yang dibantu oleh dewan Hindia (Raad van Indie). Wilayah jajahan dibagi atas provinsi dan residensi. Para residen, yang terkadang dibantu oleh para asisten residen, membawahi para kontrolir yang menjadi ujung tombak pelaksanaan sistem tanam paksa. Sejajar dengan kontrolir, tetapi terpisah, adalah para bupati yang merupakan jajaran struktur pemerintahan pribumi atau inlandsche Bestuur. Di bawah bupati adalah wedana dan camat yang membawahi para kepala desa (Poesponegoro, 2008:4). Mereka inilah yang bertanggung jawab untuk menjalankan misi penjajahan Belanda dengan baik di Bengkulu.
         Pada awalnya posisi para regent yang merupakan warisan dari kolonial Inggris tetap diakui oleh pemerintah Belanda, karena termasuk kedalam konsekuensi dari Traktat London. Tetapi secara perlahan pemerintah Belanda menganggap para bupati ini sebagai beban bagi mereka, masalah gaji serta ketidaksenangan rakyat atas sikap para regent yang cenderung bermuka dua membuat pemerintah Belanda merasa perlu adanya perbaikan birokrasi di wilayah Bengkulu. Perombakan birokrasi ini secara tidak langsung membuat posisi para regent mulai tersingkir dari pemerintahan kolonial Belanda. Sehingga berujung dengan penghapusan gelar regent yang diberikan oleh Inggris. Penghapusan regenten bestuur (pemerintahan bupati) ini tampaknya memang telah disengaja oleh pemerintah kolonial Belanda agar lebih intervensif dalam melaksanakan penjajahannya di Bengkulu. Menurut A. Pruijs van fer Hoeven dalam Setiyanto (2012:196) menyebutkan bahwa pemerintahan pribumi warisan Inggris perlu diakhiri karena telah mengakibatkan keadaan yang kurang baik, bahkan penduduk pribumi sendiri menganggapnya sebagai suatu hal yang asing.
               Bersamaan dengan dihapusnya gelar regent ini maka berakhir pula sistem pemerintahan indirect-rule yang diterapkan kolonial Inggris melalui perantara dari para elite birokrasi, sementara itu pemerintah Belanda sudah bersiap dengan sistem pemerintahan direct-rule (pemerintahan langsung). Diterapkannya sistem direct-rule ini menutup kesempatan bagi elite pribumi untuk ikut terlibat didalam birokrasi kolonial Belanda, meskipun ada mereka hanya ditempatkan sebagai pembantu setia pemerintah Belanda, tetapi sebagian besar dari elite pribumi sama sekali tidak bisa menikmati haknya sebagai golongan elite di Bengkulu. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut
Perubahan Sistem Birokrasi di Bengkulu

HANYA BERPENDAPAT: SEJARAH DISIPLIN ILMU YANG SERINGKALI DI ANGGAP SEBELAH MATA

Di kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar istilah yang sudah tidak asing lagi yaitu istilah ''Ilmu",  bahkan ada beberapa pepatah mengenai ilmu itu sendiri, seperti  "tuntutlah ilmu sampai ke negeri China", kemudian adalagi ilmu adalah cahaya kehidupan dll. Dari dua ungkapan ini saja kita bisa memahami mengenai pentingnya Ilmu dalam kehidupan manusia, baik mengenai ilmu yang notabennya menjurus ke ilmu ke-agamaan, ilmu duniawi bahkan ilmu yang berhubungan dengan hal-hal berbau mistik (bagi yang mempercayainya). Nah, disini saya tidak akan berbicara tentang ilmu keagamaan atau tentang ilmu hitam dsb, hanya sedikit membicarakan mengenai ilmu keduniaan. Istilah ilmu keduniaan ini sendiri tidak saya kutip dari pendapat dari para ahli, melainkan dari pemikiran saya sendiri. Ya, saya menganggap lebih mudah untuk menggolongkan Ilmu-ilmu yang kita pelajari di sekolah dasar hingga sekolah menengah bahkan ketingkat universitas sebagai golongan dari ilmu keduniaan, seperti IPA,IPS, BAHASA dll. IPA singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam disekolah terdiri dari Ilmu Biologi, Kimia, Fisika dan Matematika, sedangkan IPS singkatan dari Ilmu Pengetahuan sosial disekolah terdiri dari Ilmu Sejarah, Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi.
Sudah menjadi tradisi yang mengakar, entah disengaja atau tidak, dari sejak saya duduk dibangku SMA selalu ada opini yang mengatakan bahwa IPA lebih baik dari IPS, bahkan siswa-siswi dari jurusan IPS dianggap sebagai kumpulan siswa-siswi yang memiliki kemampuan dan kemauan belajar yang rendah, padahal tentu saja anggapan ini menyesatkan? bukannya hilang anggapan ini justru saya temui juga di jenjang perkuliahan. Saat itu saya terdaftar sebagai salah satu Mahasiswa PTN Jurusan FKIP Sejarah dan sekarang telah manyandang gelar S.Pd. Saya sangat bangga dengan jurusan yang saya pilih, karena tidak semua orang bisa masuk ke jurusan FKIP Sejarah di PTN tersebut. Meskipun, rasa bangga yang saya miliki sangat besar, namun seringkali orang menganggap rendah dan memandang sebelah mata pilihan jurusan ilmu yang saya geluti yaitu "Sejarah", orang lain bahkan termasuk anda yang membaca mungkin pernah memiliki pandangan serupa tentang menganggap rendah  ilmu sejarah, kebanyakan orang mengatakan bahwa apa gunanya belajar sejarah, hanya mempelajari tentang masa lalu seperti manusia purba (Pithecantrophus Erectus, Homo Soloensis dll) sama sekali tak ada manfaatnya untuk kehidupan dimasa yang akan datang? tentu pertanyaan tersebut diakhiri dengan galak tawa. Meskipun hal tersebut dianggap sebagai lelucon, tetapi bagi saya dan penggemar sejarah dan jika anda sudah terlanjur mencintai sejarah hal tersebut sangat menyakitkan untuk didengar.  Hal ini sendiri pernah saya alami, bahkan kejadian dan peristiwa melecehkan disiplin ilmu yang saya pelajari ini berlangsung didepan sekitar kurang lebih 13 orang dari alumni disiplin ilmu lain seperti Ilmu B. Inggris, B. Indonesia, Kimia, Fisika, Biologi dll.
Kejadian ini terjadi pada saat saya mengikuti pelatihan tentor baru disalah satu bimbel yang cukup terkenal di indonesia, saat itu saya melamar pekerjaan sebagai tenaga pengajar disana bersama teman-teman lainnya yang beda jurusan. Pada saat pelatihan tentor baru dimulai, seorang bisa kita katakan Pembicara atau pelatih memperkenalkan namanya dan tentu berlanjut dengan perkenalan masing-masing diikuti perkenalan peserta dari nama sampai ke penjelasan jurusan yang akan diajar, dimulai dari perempuan yang mengajar ilmu Fisika, lanjut ke tentor Biologi, terus ke tentor Kimia dan barulah giliran saya untuk memperkenalkan diri, saat saya menjelaskan bahwa saya merupakan alumni dari FKIP Sejarah dan akan mengajar sejarah, entah disengaja atau tidak disengaja si pembicara, langsung membandingkan Sejarah dengan ilmu lain tentu saja perbandingannya dengan disiplin Ilmu Eksak Kimia, Biologi, Fisika dan terutama dibandingkan dengan ilmu Matematika mengingat dia adalah alumni dari jurusan Matematika, tanpa beban dia mengatakan bahwa sejarah adalah ilmu tentang masa lampau yang tidak ada manfaatnya untuk masa depan, serta dia melanjutkan bahwa membaca buku sejarah tidaklah penting, lain halnya jika membaca Al-Qur'an kita bisa menemukan keajaiban disana, begitu pula dengan disiplin ilmu lainnya bisa menimbulkan keajaiban kecuali sejarah.
Mendengar hal tersebut, teman-teman yang lainnya tertawa dan saya hanya bisa tersenyum karena saya menganggap mungkin dia hanya bercanda, setelah selesai perkenalan ternyata perbandingan tersebut masih saja berlanjut, dia mengatakan bahwa sejarah dari dulu hanya mempelajarai hal yang itu-itu saja, zaman pra sejarah dan manusia purba?, entah apa salah dari ilmu sejarah terhadap kehidupannya? tentu saya tidak mengerti, hari pertama pelatihan untuk tentor baru justru perlakuan yang tidak mengenakkan yang saya dapatkan, rasa sakit hati bukan karena perbandingan yang dilakukannya, lalu apa?. Kita pasti sudah tahu bahwa antara IPA dan IPS memiliki perbedaan, dan keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing sesuai dari kemampuan dan minat individu, melainkan penghinaan atau pandangan sebelah mata yang dia tunjukkan terhadap pilihan hidup saya, rasanya sangat ingin membantah dan membalikkan semua kata-kata yang diucapkannya, namun hal tersebut tidak saya lakukan mengingat ingin menciptakan dan tidak ingin merusak kesan pertama saya masuk kerja meskipun masih pelatihan, Tak apalah Sabar saja, tetapi andai pertemuan berikutnya masih seperi itu, saya sendiri sudah siap untuk menjawab pertanyaan tantangan yang dia lontarkan??, tunggu saja..

Namun, seandainya dia mengerti tentang apa yang dikatakannya, tentu dia akan merasa malu sendiri, bagaimana tidak!! dia mengatakan bahwa aL-Qur'an dan ilmu lain keculai sejarah bisa menciptakan keajaiban?? berpikiran sempit memang. 
Ulasannya menurut pendapat saya: 
Sebagai seorang muslim saya sangat setuju bahwa Al-Qur'an bisa memberikan keajaiban bagi kita yang membacanya bahkan sekarang sudah banyak diteliti ilmu-ilmu yang terkandung dalam Al- Qur'an dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan hal itu terbukti benar, namun apakah dia tidak menyadari bahwa didalam Al-Qur'an terkandung cerita-cerita kehidupan para Nabi yang terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW, kemudian bagaimana asalmula diciptakannya manusia pertama Nabi Adam AS, bahkan menceritakan tentang peristiwa-peristiwa penting dan peperangan-peperangan yang dilalui oleh umat Islam untuk mencapai kejayaan, bukankan cerita-cerita tersebut menceritakan tentang peristiwa nyata yang terjadi pada masa lampau, dan tentu saja peristiwa masa lampau tersebut terkandung kedalam disiplin Ilmu Sejarah, berarti ilmu sejarah itu sendiri termasuk kedalam keajaiban yang terkandung dalam Al-Qur'an, tentu saja pandangannya mengenai Ilmu Sejarah tidak bisa menciptakan Keajaiban sudah terbantahkan..

Kemudian dia mengatakan bahwa apa gunanya belajar tentang manusia purba ex: Pithencantrophus Erectus dll,  dan manfaat dari ilmu sejarah itu sendiri?
Ulasannya menurut pendapat saya:
Berbicara tentang Pithencantrophus Erectus dll, berkaitan dengan teori Darwin, yang mengatakan bahwa manusia berasal dari makhluk bersel satu, berevolusi menjadi hewan melata dan akhirnya berubah menjadi kera, kera ini berevolusi dan nantinya menjadi cikal bakal manusia saat ini. Kembali sebagai seorang muslim, tentu saja saya tidak akan mempercayai tentang hal tersebut, karena dalam Al-Qur'an sudah dijelaskan bahwa manusia pertama Nabi Adam AS, diciptakan dari tanah dan Siti Hawa istri Nabi diciptakan dari tulang rusuk Nabi adam, tentu penjelasan ini merupakan peristiwa dari masa lampau dan kembali peristiwa masa lampau berkaitan dengan Ilmu Sejarah, nah dengan belajar tentang Pithecantrophus Erectus dll, saya pribadi menyadari bahwa teori yang dikemukakan oleh Darwin tersebut merupakan penipuan dan teori yang menyesatkan khususnya bagi umat Islam, darimana pengklaiman penipuan dalam teori darwin ini saya bahkan mugkin kita dapatkan dan kita ketahui ?jawabannya tentu  pendapat ini bersumber dari Ilmu Sejarah penciptaan manusia pertama dalam Al-Qur'an, nah kalau kita tidak mempelajarai ilmu sejarah penciptaan manusia pertama mungkin sampai saat ini teori Darwin masih dianggap sebagai satu kebenaran.

Kemudian pertanyaan mengenai manfaat ilmu sejarah untuk masa depan?
Ulasannya menurut saya:
Banyak sekali pendapat para ahli tentang definisi dari sejarah, tetapi intinya tetap sama yaitu ilmu yang mempelajari tentang peristiwa/kegiatan manusia pada masa lampau, dipelajari pada zaman sekarang guna kepentingan di masa depan. Kurang lebih seperti itu, menjawab pertanyaan diatas, saya hanya ingin menggunakan logika yang sangat sederhana. Misalkan suatu sore anda sedang mengendarai sepeda motor di jalan raya "X", anda tidak menyadari dijalan tersebut ada sebuah lubang yang besar, sehingga tanpa disengaja ban depan sepeda motor andapun masuk kelubang tersebut dan menyebabkan anda terjatuh, akibat jatuh tersebut anda menderita luka-luka dan tentu saja peristiwa itu melekat di memori otak anda. Nah, di lain kesempatan di masa yang akan datang, pada saat anda mengendarai sepeda motor dan kembali melewati  Jalan Raya "X", memori diotak anda otomatis akan mengingat tentang kecelakaan yang anda alami pada masa yang lalu, tentu  saja ingatan tersebut menyebabkan anda lebih berhati-hati agar terhindar dan tidak lagi mengalami kecelakaan di Jalan Raya "X " tersebut.
Dari ilustrasi diatas, bisa dipahami bahwa untuk menghindari kecelakaan yang sama di jalan yang sama anda tentu telah belajar dari peristiwa yang anda alami dimasa lalu. Nah, begitu pula manfaat dari mempelajari Ilmu Sejarah,  salah satunya anda bisa mempelajari tentang peristiwa baik atau buruk atau kegiatan manusia pada masa lampau, guna kepentingan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang, sesuai dengan ilustrasi diatas.
Sangatlah lucu bagi orang pembenci ilmu sejarah mengatakan bahwa seumur hidupnya tidak pernah mempelajari sejarah, terus mereka mengetahui tentang asal muasal, silsilah keluarganya dari nenek moyang hingga ke garis keturununan yang paling muda, latar belakang keluarganya itu berasal dari mana? apakah bisa dipelajari lewat Matematika,? tentu tidak, jawabannya pasti melalui ilmu Sejarah, khusunya sejarah mengenai keluarganya itu sendiri.
JAS MERAH !!!!!!!!
Setidaknya itulah jawaban saya mengenai pandangan orang2 yang sering menganggap rendah Ilmu Sejarah, tidak bermaksud untuk merendahkan disiplin ilmu lain, namun sudah sepantasnyalah kita mengubah pola pikir  kita bahwa semua disiplin ilmu yang dipelajari di sekolah itu sama pentingnya, tidak ada yang lebih rendah atau yang lebih unggul karena tidak baik terlalu membanggakan ilmu yang anda miliki apalagi sampai merendahkan ilmu yang orang lain miliki. Ingat Ucapan The Fonding Fathers kita Presiden Soekarno "JAS MERAH, JANGAN SEKALI-SEKALI MELUPAKAN SEJARAH"


PERANG SALIB: PERANG DUA ABAD MUSLIM DAN BARAT (1096-1291)

A. Perang Salib
Inilah puncak dari konflik yang terjadi antara kaum Muslim di wilayah Timur dengan kaum non-Muslim di Eropa. Selama ini memang kondisi orang-orang kulit putih di Eropa memperlihatkan keterbelakangannya yang parah. kondisi ekonomi, sosial dan kebudayaan sangat jauh perbedaannya dengan orang-orang Islam di Timur. Pada saat itu kondisi Eropa sangat mengerikan untuk waktu yang lama. mendapat serangan selama berabad-abad dari suku-suku Jermanik, dari Hun, Avar, Magyar, Muslim, Viking dan yang lainnya, Eropa nyaris tenggelam bahkan sangat susah sekedar untuk bertahan . Hampir semua orang di Eropa adalah petani, hampir setiap petani melakukan pekerjaan melelahkan dari fajar hingga gelap hanya demi mendapatkan makanan yang cukup untuk mencegah mereka dari kelaparan, hal ini kembali diperparah dengan kewajaiban para petani untuk menyokong kaum kelas atas yang terdiri dari atas kaum aristokrat militer dan rahib. hal ini dikarenakan anak laki-laki kelas atas hampir tidak memiliki keahlian lain bahkan untuk sekedar mencari makan kecuali hanya mempelajarai dan menguasai cara berkelahi.
Perang Salib ini diibaratkan sebagai bom waktu yang akhirnya meledak dengan dahsyat. Perang Salib dilatarbelakangi oleh kebencian yang mendalam pada diri orang-orang kristen Eropa setelah menyaksikan kemajuan demi kemajuan yang dicapai oleh kamu muslimin di Timur. mulanya, kebencian itu disebabkan oleh direbutnya wilayah-wilayah romawi Byzantium diberbagai wilayah seperti Palestina, Syiria, Mesir, Afrika Utara, dan Andalusia oleh kaum Muslimin. Mereka merasa terpukul namun tidak tahu harus berbuat apa-apa. namun perlu dicatat meskipun kaum muslimin berhasil merebut wilayah dari kekuasaan romawi Byzantium, kaum muslimin tetap memberikan jaminan hidup yang layak bagi kaum kristen diwilayah yang mereka kuasai, misalnya ketika Palestina dan Syria dibawah kekuasaan bani Fatimiah dari Mesir (Islam), orang Kristen memperoleh banyak hak istimewa daripada orang Islam Sunni, akan tetapi segala hak istimewa dan toleransi ini tidak bisa mendamaikan orang Kristen, mereka menganggap bahwa kehadiran orang Islam di Yerussalem sebagai sesuatu hal yang sangat tidak disukai (K.Ali, 1995:295). Yerussalem sendiri merupakan kota suci bagi umat Islam dan bagi umat kristen.
Seiring melemahnya kekuatan bani Fatimiyah, tentu saja cengkeraman wilayah yang mereka miliki mulai berkurang, saat itu kendali atas Palestina direbut oleh Dinasti Seljuk dari Turki, saat itu Dinasti Turki masih tergolong sebagai Muallaf (baru memeluk Islam), orang Turki ini cenderung ke arah fanatisme. mereka tidak bersemangat dalam menjauhi minuman keras, bersikap rendah hati, dermawan, dan sejenisnya, tetapi mereka tidak tersaingi dalam soal mengungkapkan penghinaan sovinistik terhadap pengikut agama ain, terutama yang berasal dari negeri-negeri yang jauh dan primitif (Ansary, 2009:228), setelah berhasil memperluas wilayah Islam, tentara Saljuk menganggu orang-orang Eropa yang mau beribadah ke Yerussalem. Gangguan tersebut bukan seperti tindakan pemukulan, penyiksaan ataupun pembunuhan, tidak seperti itu. Melainkan mereka di perlakukan seolah-olah masyarakat kelas dua, seperti mereka mendapati diri mereka berada pada ujung antrian, mereka membutuhkan izin khusus untuk masuk ketempat suci mereka sendiri, setiap kecil harus bayar, penjaga toko mengabaikan mereka, pejabat memperlakukan mereka dengan kasar, dan segala macam bentuk gangguan lainnya.
Ketika mereka kembali ke-Eropa, banyak hal yang mereka keluhkan, tapi mereka juga mempunyai cerita tentang kemewahan negeri Timur, cerita yang membangkitkan kemarahan sekaligus iri hati. Hal ini memicu Raja Bizantium dan Paulus II untuk merebut Yerussalem, yang kemudian dikenal dengan Perang Salib. dinamakan perang salib karena karena orang Kristen Eropa menggunakan tanda Salib didadanya sebagai simbol pemersatu dan untuk menunjukkan bahwa perang yang dijalankan adalah peperangan suci (perang agama), tujuannya adalah untuk membebaskan kota Yerussalem atau Baitul Maqdis dari kaum Muslmimin.

B. Faktor-Faktor Terjadinya Perang
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Perang Salib, diantaranya Agama, Ekonomi, dan Sosial Politik, berikut penjelasan dari faktor-faktor diatas.
Faktor Agama
Ilustrasi Pasukan Salib dan Pasukan Muslim
yang sedang bertempur
Yerussalem atau Baitul Maqdis yang disucikan oleh orang Kristen jatuh ketangan Islam yaitu Bani Fatimiyah dari Mesir kemudian beralih ke Dinasti Saljuk dari Turki. Hal ini menyebabkan pihak Kristen merasa tidak lagi bebas berziarah ke tempat suci mereka itu karena penguasa Bani Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang ditujukan kepada orang yang hendak menziarahi Baitul Maqdis. Para pemimpin Kristen Eropa kemudian mengkampayekan perlunya pembebasan Baitul Maqdis dari tangan dinasti Saljuk. Meraka menanamkan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa membebaskan diri mereka, kecuali amal saleh seperti berziarah ke Yerussalem. pahala yang besar akan diperoleh bagi mereka yang melakukan ziarah. terlebih lagi, pahala akan lebih besar lagi diperoleh apabila memerangi orang-orang muslim.
Faktor Ekonomi
Para pedagang besar di Pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di Kota Venesia, Genoa dan Pisa, berambisi merebut sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut tengah  untuk memperluas jaringan dagang mereka. oleh karena itu, mereka rela menanggung sebagian dana untuk kepentingan perang dengan maksud apabila pihak sekutu memperoleh kemenangan , kawasan itu akan dijadikan pusat perdagangan mereka. disamping itu, perlombaan dan permusuhan di antara pembesar-pembesar dan tuan-tuan tanah di Eropa sering sekali terjadi. karenanya, sebagian dari mereka ingin menguasai tanah-tanah baru yang ada di timur.
Ketentuan hukum waris yang berlaku di Eropa mengakibatkan banyaknya anak-anak yang hidup miskin dan terlantar lantaran di dalamnya ditetapkan bahwa yang berhak menerima harta warisan hanyalah anak tertua. akibatnya anak yang tidak mendapatkan warisan bersama-sama dengan anak miskin lainnya berangkat Timur, kedaerah yang terkenal dengan kesuburannya untuk mendapatlan kekayaa. Selain itu, masalah kelaparan karena perang yang tiada henti-hentinya juga telah memaksa penduduk Eropa untuk hijrah ke Timur (Buchori, 2009:200).
Faktor Sosial Politik
Peningkatan taraf sosial menjadi salah satu motif yang mendorong sebagai besar orang Eropa untuk berperang, para budak yang bekerja dikebun-kebun mendapatkan peluang untuk memperoleh kemerdekaan melalui perang ini. siapa yang ikut berperang, akan dimerdekakan. akibatnya, berduyun-duyunlah para budak mengangkat senjata ke Yerussalem mengikuti Perang Salib.
Selain itu dari segi politik, disebutkan bahwa perang salib terjadi karena kedengkian orang Kristen terhadap Islam, sebab umat Islam berhasil merebut wilayah strategis uang semula dikuasai oleh Kristen, selain itu umat kristen juga dimotivasi oleh Paus Urbanus II untuk menguasai Yerussalem dalam rangka menyatukan pusat utama dunia Kristen dan menginginkan Asia dan Afrika tunduk dibawah pemerintahan Kristen (Meriya, 1982:189). selain itu, kekalahan Byzantium dipertempuran Manzikert dan jatuhnya Anatolia dan Asia Kecil dibawah kekuasaan Bani Saljuk telah membuat orang Kristen merasa geram, Kaisar Alexius Commenus (Alexius I) meminta bantuan kepada Paus Urbanus II untuk memulihkan kekuasaannya untuk membantu Byzantium didasari oleh janji sang kaisar untuk tunduk kepada kekuasaan Paus di Roma sehingga dengan ini ia berharap akan dapat menyatukan Gerja Yunani dan Gereja Roma di bawah kekuasaannya. kedua gerja ini sejak tahun 1009-1054 M memang mengalami perpecahan (Buchori, 2009:201)

C. Jalannya Perang
Awal dari Perang Salib dipicu oleh pidato Paus Urbanus II  di Claremont, bagian tenggara Prancis pada tahun 1095. ia menyampaikan pidato yang membakar semangat untuk menghasut negara dan Bangsa Eropa  merebut kota suci di Palestina (Yerussalem) dari tangan muslimin. dalam pidatonya, Paus mengatakan kepada Majelis bangsawan Prancis, Jerman,  dan Italia bahwa dunia Kristen berada dalam bahaya. ia menjelaskan secara detail penghinaan yang didertia peziarah Kriten di tanah suci dan menyerukan agar orang-prang beriman untuk membantu saudara-saudara mereka mengusir orang Turki dari Yerussalem. Paus Urbanus II menyarankan bahwa mereka yang menuju ke Timur harus menggunakan salib berbentuk kotak merah sebagai lambang mereka. Ekspedisi harus disebut croisade, dari asal kata croix, bahasa Prancis untuk salib, dan dari inilah berasalnya nama yang diberikan para Sejarawan untuk Crusades (Perang Salib) (Anshary, 2009:230), dengan berfokus pada Yerussalem, Paus mengaitkan invasi ke Timur dengan ziarah, sehingga membingkainya sebagai tindakan religius. oleh karena itu, dengan wewenang yang diserahkan kepada dirinya sebagai paus (pemimpin besar umat Kristen), ia memutuskan bahwa siapapun yang pergi ke Yerussalem untuk membunuh kaum muslim akan menerima pengampunan atas dosa-dosa mereka.
Adapun jalannya perang secara garis besar terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap Penaklukan Eropa terhadap Muslim, tahap kemenangan  Muslim atas tentara Salib, kemudian yang terakhir tahap kehancuran tentara Salib.

1. Tahap Penaklukan Pasukan Salib Terhadap Muslim
Gelombang pertama pasukan Salib terdiri atas orang-orang Kristen Eropa yang menyambut spontan seruan Paus. mereka berjumlah 150.000 orang dan merupakan gerombolan rakyat jelata yang tidak berdisiplin dan tanpa persiapan di bawah pimpinan Pierre L'Ermite. Tidak heran, disepanjang jalan menuju Konstantinopel, mereka merampok, menjarah, membunuh dan membantai banyak penduduk yang tidka berdosa, bahkan bentrok dengan penduduk Hungaria dan Byzantium (Buchory, 2009:204). ketika tentara Salib pertama ini mulai berdatangan ke dunia Islam, penduduk setempat tidak tahu dengan siapa mereka berhadapan. Sejak awal, mereka menganggap para penyusup itu sebagai tentara bayaran Balkan yang bekerja untuk Konstantinopel. adapun penguasa muslim pertama yang bertemu dengan tentara salib ini adalah seorang pangeran Dinasti Saljuk, Kilij Arslan, yang memerintah dari Anatolia Timur dari Kota Nicea. Pada tahun 1096, Pangeran Arslan menerima informasi bahwa ada pasukan aneh yang telah memasuki wilayahnya, memang sebagaian terlihat sebagai tentara, tapi yang lainnya seperi semacam peserta perkemahan. hampir semuanya mengenakan salib, setelah ditelusuri didapatkan bahwa pasukan tersebut menamakan diri mereka sebagai kaum Frank, penduduk Turki dan Arab setempat menyebutnya sebagai Al-Franj (orang Franj), kedatangan mereka bertujuan untuk membunuh kaum muslimin dan menaklukkan Yerussalem, tapi pertama-tama mereka bermaksud untuk merebut Nicea. Pangeran Arslanpun melacak rute yang kaum Frank lewati, menyiapkan penyergapan dan menghancurkan mereka seperti semut, membunuh kebanyakan dari mereka, menangkap, dan mengejar sisanya sampai ke Biyzantium (Ansary, 2009:231). begitu mudahnya sehingga ia tidak memberinya tanggapan secara serius.
Namun ekspedisi militer yang sebenarnya dari tentara Salib adalah yang dipimpin oleh Godfrey of Buillon, yang setelah dua tahun perjalanan mereka akhirnya berhasil menduduki kota Yerussalem pada tanggal 7 Juni 1099. Perjalanan ke Yerussalem dimulai dari Konstantinopel dengan menaklukkan kota-kota yang dilaluinya dan mendirikan kerajaan Kriten di sana. Kota pertama yang jatuh ketangan mereka adalah Edessa, kemudian Tarsus, Antioka, dan Allepo, semuanya terjadi pada tahun 1098 M. Tripoli, Syiria dan Acre akhirnya juga dikuasai pada tahun 1099 M. Penaklukan kota Yerussalem oleh tentara salib itu sendiri dilancarkan dengan cara yang sangat sadis dan kejam dibandingkan dengan moral pasukan Islam ketika menaklukan kota yang sama. ketika sampai dikota suci itu, diberitakan, kuda orang Kristen terendam sampai sebatas lututnya, tumpukan kepala, kaki dan tangan manusia berserakan di sepanjang jalan dan alun-alaun kota suci. Edward Gibbson dalam Ansyari (2009:236), seorang sejarawan Inggris yang mencatat kejatuhan   kekaisaran Romawi, mengatakan tentara Salib membunuh 70 ribu orang disini selama 2 hari. Di kota-kota muslim yang lain, hampir tidak ada yang selamat. bukan hanya penindasan serta pembunuhan terhadap umat Muslim, kaum Yahudi dan Kristen yang bukan penganut gereja roma merasakan hal yang sama. kaum Yahudi yang selama ini hidup berdampingan secara damai dengan umat Muslim mengungsi ke sinagoga utama mereka yang besar, tetapi ketika mereka berada disana berdo'a untuk keselamatan, tentara salib memblokade semua pintu dan jendela lalu membakar bangunan itu, menghanguskan hampir seluruh komunitas Yahudi Yarussalem. penduduk yang asli Kristenpun tidak bernasib baik, terlahir bukan sebagai pengikut Gereja Roma melainkan gereja Timur seperti Yunani, Armenia, Kopetik atau Nestorian. pasukan salib Frank memandang mereka sebagai orang bid'ah, yang lebih buruk daripada kafir, oleh karena itu mereka menyita harta milik mereka serta mengirim mereka kepengasingan. Akibat peperangan ini, maka berdirilah empat kerajaan Kristen di Syam dan Palestina, diantaranya:
  1. Kerajaan Baitul Maqdis, yang diperintah oleh raja Godfrey of Buillon
  2. Kerajaan Edessa oleh Boldwin
  3. Kerajaan Antioka oleh Bohemond
  4. Kerajaan Tripoli oleh Raymond

            2. Tahap Kemenangan Umat Muslim Atas Tentara Salib
Jatuhnya wilayah Islam ke dalam cengekeraman pasukan salib, menimbulkan reaksi perlawanan dari umat Muslim, namun pada awalnya perlawanan tersebut masih sangat lemah karena umat Muslim sendiri masih terpecah-pecah dan belum bersatu dibawah bendera Islam, mereka masih berjuang secara kelompok tersendiri, namun pada akhirnya umat Islam menghimpun kekuatan guna merebut kembali wilayah-wilayah yang telah diduduki oleh musuh.
Dalam perjuangan merebut kembali kota Yerussalem, muncullah seorang tokoh bernama Imaduddin Zanki dari Dinasti Zankiyah. versi lain, menyebutkan bahwa penulisan nama Zanki ditulis dengan Zangi dan berasal dari Turki, yang memerintah Mosul, lalu mengambil Aleppo, dan kemudian menyergap banyak kota lain ke dalam wilayahnya sampai dia bisa menyebut dirinya sebagar Raja Suriah bersatu. perjuangan ini menandai dimulainya perlawanan umat Islam dalam usaha merebut kembali Yerussalem, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1144 M. sayangnya, dua tahun kemudian Imaduddin Zanki meninggal dunia, dan tapuk perjuangan diberikan kepada anaknya Nuruddin Zanki. Ia lalu memindahkan pusat pemerintahan keamiran Abatek yang dipimpinny ake Allepo. Nuruddin menyerukan kembali kepad aumat Islam untuk bersatu memegang teguh agama Islam dan menjadikan Jihad sebagai tujuan utama dalam kehidupan. Dia menghidupkan kembali citra tentang orang adildan saleh yang berjuang bukan untuk ego, bukan untuk kekayaan, atau kekuasaan, melainkan untuk umat. pada awal pemerintahan Nuruddin, ekspedisi militer tentara salib dibawah pimpinan Raja Louis VII dari Prancis dan Raja Conrad III dari Jerman diberangkatkan. pada tahun 1147 M, terjadi pertempuran antara tentara salib dengan tentara Islam dibawah pimpinan Nuruddin Zanki di Damaskus, dengan kemenangan di tangan Muslimin sekaligus telah menyelamatkan Damaskus dari cengkeraman lawan. 
Salahuddin al-Ayyubi 
Pahlawan Islam dalam Perang Salib
Pada tahap ini juga, muncul pahlawan Islam yang sangat terkenal yaitu Salahuddin al-Ayyubi, dari Dinasti Ayyubiah, yang berhasil merebut kembali Yerussalem dari tangan tentara salib. Pada tahun 1187, Salahuddin  atau yang dikenal dengan Saladin mengirimkan surat kepada tentara salib supaya meninggalkan Kota Yerussalem secara damai, sebagai gantinya orang kristen yang meninggalkan Yerussalem dapat membawa harta benda milik mereka dan pergi, sedangkan orang kriten yang ingin tetap disana boleh-boleh saja dan dapat mengamalkan agama mereka tanpa gangguan, tempat ibadah orang kristen akan dilindungi, dan peziarah akan dipersilahkan keluar-masuk Yerussalem tanpa adanya gangguan. meskipun begitu tentara salib menolak perintah tersebut sehingga Saladin mengepung kota itu, megambilnya dengan paksa, kemudian menanganinya seperti cara yang dilakukan oleh Khalifah Umar "tidak ada pembantaian, tidak ada penjarahan, dan membebaskan semua tahanan selama  membayar uang tebusan.
Meskipun dilakukan dengan cara halus, tetap saja keberhasilan Saladin dalam merebut kembali Yerussalem menyebabkan para raja di Eropa merasa tidak senang, ketiga raja tersebut yaitu Frederrick Barbarossa dari Jerman, yang jatuh dari kudanya dan mati tenggelam dalam perjalanan ke tanah suci, Raja Prancis Phillip II, yang berhasil sampai ketanah suci, menaklukkan pelabuhan Acre, kemudian pulang ke Eropa karena kelelahan, dan yang paling terkenal adalah Raja Inggris Richard I, yang dikenal dengan sebutan Lion Heart (Hati Singa). keberangkatan ekspedisi ini tidak dilakukan secara bersamaan, melainkan terpisah-pisah. pada pertempuran pertama antara Saladin dan Richard, kemenangan berada di tangan tentara salib, namun pada bulan Juni 1192 tatkala Richard ingin mengepung Yerussalem, Raja Richard terkena penyakit yang telah mengurangi kekutaannya dan udara yang panas membuatnya sesak nafas. disinilah letak dari kepribadian Saladin yang sangat dikagumi oleh kawan maupun lawan hingga saat ini, disaat musuhnya Richard menderita penyakit Saladin secara seimpatik mengirimnya buah segar dan salju yang dingin lalu menunggu Richard untuk menyadari bahwa dia tidak memiliki cukup orang untuk merebut kembali Yerussalem. pada tanggal 2 November 1192 akhirnya Richad setuju untuk berdamai dengan Saladin dengan syarat sebagai berikut :
  1. Kaum Muslimin akan tetap memiliki Yerussalem, tetapi melindungi tempat-tempat ibadah orang Kristen, membiarkan orang Kristen hidup di kota dan menjalankan iman mereka tanpa gangguan, dan membiarkan peziarah Kristen datang dan pergi sesuka mereka.
  2. Daerah Pantai menjadi milik orang-orang Kristen. 

Tidak lama setelah Saladin menyelesaikan suatu pekerjaan besar, yakni mengembalikan Yerussalem ketangan kaum Muslimin, ia meninggal dunia.

3. Tahap Kehancuran Tentara Salib
Faktor yang sangat berpengaruh dalam proses kehancuran dari tentara salib terutama disebabkan karena terjadinya perselisihan internal antarsesama mereka yang pada umumnya disebabkan oleh perebutan kekuasaan di beerbagai daerah yang mereka duduki. Antara satu kerajaan dan kerajaan lainnya tidak terwujud kerjasama yang baik, krisis kepemimpinan terjadi di daerah-daerah kekuasaan tentara salib. sementara dipihak lain, umat Islam berhasil mengurangi pertikaian internal  mereka, lalu menjalin persatuan dan kerjasama dalam menghadapi tentara salib.

D. Dampak Perang Salib
Meskipun perang salib telah memakan banyak korban, materi serta kerugian lainnya, ternyata bagi orang Kristen Eropa dengan adanya perang salib telah membawa hikmah tersendiri serta pelajaran yang sangat berharga bagi mereka. pasalnya, perang yang berlangsung hampir dua abad ini telah menjadi jembatan antara budaya Timur dan Barat. perlu diingat pada saat itu Timur-Islam sudah maju pesat dibidang kebudayaan dan peradaban, sementara Barat-kristen masih berada dalam zaman kegelapan (dark age) alias primitif. 
Melalui perang salib, Kristen Eropa memperoleh banyak pelajaran yang sangat berharga. Bahkan, dapat dikatakan bahwa seandainya tidak karena perang salib, Renaisans Barat mungkin masih akan tertunda beberapa abad. Carole Hilerbrand dalam Buchori (2009:209), menyatakan bahwa kaum Muslimin merasa sedikit yang bisa dipelajari dari pihak Eropa, baik dibidang Agama, sosial dan budaya. sebaiknya, kaum Frank dapat belajar banyak hal dari gaya hidup kaum Muslimin yang telah tinggal di Timur dekat selama berabad-abad dan benar-benar telah menyesuaikan diri dengan iklim dan wilayah tersebut. sedangkan lebih lanjt menurut Al-Wakil (1998:227), dampak lain dari perang salib adalah keberhasilan Islam memantapkan penguasaan terhadap wilayah yang dikuasai kristen walaupun itu adalah wilayah yang sama. Selain itu perang salib berdampak juga bagi perkembangan moral kaum Muslimin karena meniru moral bejat Eropaseperti ucapan Gustor Lebor dalam buku Wajah Dunia Islam yaitu tidak ada hal positif dalam diri bangsa brutal tersebut yang bisa ditiru oleh dunia Timur. Bangsa Timur tidak mendapatkan apa-apa dari mereka.
            
Dampak Terhadap Pasukan Salib
  1. Perang Salib telah melemahkan keuasaan bangsawan di Eropa dan telah menggoyahkan raja-raja dan mendorong mereka untuk bersatu
  2. Perang Salib telah memperlambat proses jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan Islam
  3. Perang Salib telah membukakan kesempatan bagi bangsa barat untuk maju dalam bidang perdagangan, ekonomi dan kemajuan kebudayaan
  4. Yang paling utama faedah perang salib bagi bangsa Eropa adalah mereka dapat meguasai ilmu-ilmu dalam bahasa latin dan Yunani yang telah diterjemahkan dalam bahasa Arab, buku itu diterjemahkan dalam bahasa barat, hingga pada abad ke 12 M mereka mendirikan kursus bahasa di Paris untuk memahami buku ilmiah bahasa asing.
  5. Perang salib telah membuka mata bangsa Eropa untuk mengenal daerah Timur secara lebih dekat (Meriya, 198:205)


Dampak Terhadap Umat Islam
  1. Kaum Muslimin harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk membiayai perang yang tidak berhentiselama dua abd dan menyebabkan krisis ekonomi dan kemiskinan dikalangan kaum muslimin
  2. Banyak bagunan-bangunan berharga (bagunan budaya) yang hancur dan memerlukan biaya untuk merenovasi kembali
  3. Banyak buku-buku, barang-barang peninggalan Islam diambil dan dihancurkan oleh tentara salib dan ini menimbulkan menurunnya tradisi keilmuan dan berkarya bagi kalangan intelektual dan ulama
  4. Kerusakan struktur masyarakat akibat setiap keluarga kehilangan anggota keluarga sehingga terjadi perpecahan dan kehidupan permisinisme dimana tidak ada lagi ikatan yang kuat dimasyarakat
  5. Dekadensi moral karena perang memakan habis laki-laki sehingga terjadi pergaulan bebas dari laki-laki terhadap wanita 
  6. Perang salib juga banyak mempegaruhi pola pikir masyarakat muslim selama pergaulan meraka pada masa gencatan senjata damai sehingga mempengaruhi perilaku dalam kehidupan masyarakat dan pemimpin dimasa selanjutnya (Al-Wakil, 1998:228-229)