SELAMAT DATANG DI BLOG LENTERA SENJA, Semoga Bermanfaat

Jumat, 06 November 2015

Mungkin perasaan saya saja ??????????

Bagi saya, hari Jum'at merupakan hari yang penuh dengan keajaiban. Bagaimana tidak, di hari tersebut tepat pada tengah hari, mesjid akan dipenuhi oleh muslim laki-laki yang hendak menunaikan Ibadah Sholat Jum'at. Tak peduli betapa sunyinya mesjid tersebut pada hari-hari lain, khusus pada hari Jum'at mesjid tersebut akan dipenuhi oleh banyak muslim laki-laki. Orang tua, usia dewasa, remaja bahkan anak-anakpun turut hadir guna menjalankan ibadah ini. Mesjid seakan kedatangan tamu yang sangat banyak, sehingga terkadang para jamaah yang datangnya terlambat, harus rela menunggu diluar, karena ruangan mesjid tidak cukup lagi untuk menampung para jamaah.
Entah apa sebabnya,? Namun Sholat Jum'at seakan lebih populer dibandingkan sholat lima waktu dikalangan muslim laki-laki. Maaf beribu maaf, bukannya saya menafikkan kewajiban sholat lima waktu. Meskipun sholat Jum'at dan Sholat Lima Waktu hukumnya sama-sama wajib,  namun pada faktanya mesjid justru lebih ramai dipenuhi para jamaah pada saat ibadah sholat Jum'at dibandingkan pada waktu sholat lima waktu. sederhana bahkan cenderung tidak penting, tetapi bagi saya fenomena ini sangatlah unik.
Saya bukanlah orang yang pandai dalam menjelaskan perkara ini dalam pandangan Islam, dan tidak pula hebat menguraikannya ke dalam teori-teori ilmu sosial. Namun berbekal pemahaman dari logika sederhana saja, saya ingin mencurahkan pertanyaan yang terbesit dalam pikiran nan sempit. Dan dari apa yang saya rasakan serta saya alami selama ini, selain dari jumlah jamaah yang lebih banyak dari jamaah pada sholat lima waktu, ada pula perbedaan besar yang saya rasakan, yaitu perasaan sebagai makhluk yang sangat hina dihadapan Allah SWT, justru lebih menggema  pada saat Sholat Jum'at. Bahkan ikatan sebagai saudara muslim yang sama-sama berharap mendapatkan rahmat Allah SWT, begitu membumbung tinggi. Kata Amin yang diucapkan bersama-sama setelah Imam membacakan Al-Fatihah, diteriakkan dengan begitu lantang, namun dengan nada seolah-olah memelas, seperti mengatakan bahwa "Allah inilah kami umat Islam sebenarnya, kami beramai-ramai menyembahmu dalam penuh kehinaan, inilah kami kami dengan ikatan persaudaraan sesama muslim yang sangat kuat, berharap rahmat dari Engkau!!!!!". Emosi seperti ini sulit didapatkan pada saat sholat berjamaah dimesjid guna mendirikan sholat lima waktu, mungkin karena jemaahnya yang sedikit, maka emosi seperti itu sulit diciptakan, bahkan terkadang kata "amin" yang diucappun nyaris tak terdengar. Tak ada rasa kebersamaan, yang hanya ada melakukan serangkaian ritual ibadah yang dilakukan tanpa melibatkan perasaan. "Kosong" seakan tak bermakna.
Perasaan yang saya alami ini, membuat saya berasumsi bahwa, hendaknya Sholat Lima waktu ini juga ditegakkan seperti menegakkan Ibadah Sholat Jum'at, tidak dilakukan sendiri-sendiri. Bayangkan saja jika setiap lima kali dalam sehari kita berjamaah secara berama-ramai dalam menyembah Allah, memberikan kita semangat persatuan yang begitu tinggi. Sehingga, gambaran bahwa umat Islam itu seperti anggota tubuh, yang mana tatkala salahsatu anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh anggota tubuh akan merasakannya, benar-benar dapat terwujud. Tidak lagi hanya berkutat pada tataran perencanaan, tetapi sudah betul-betul mapan prakteknya dalam kehidupan.
Mungkin, asumsi saya ini tidak berdasar, namun inilah yang saya rasakan selama ini, boleh saja orang lain mengatakan saya terlalu mengada-ada melalui pikiran ini, tetapi jika saya salah, maka tulisan ini tidak seharusnya ditulis oleh orang awam seperti saya, tetapi permasalahan ini seharusnya dipikirkan oleh orang-orang yang pandai dalam ilmu keagamaan. Jadi, harapan untuk mewujudkan persatuan dalam umat Islam, tidak hanya sebatas dimulut saja. Jika, sholat yang menjadi pondasi Islam saja tidak mampu menyatukan kita, maka jangan harap kita akan menjadi umat yang kuat.

Tidak ada komentar: